Pages

Rabu, 11 Desember 2013

Manisan dan Presiden

Melanjutkan tugas sebagai surveyor dosen-dosen kece Manajemen IPB. Aku dan temanku, Ayu, kami sudah membuat janji untuk bertemu dengan pemilik UKM Ibu Mami dengan usahanya yang memproduksi Manisan dan Asinan. Rumah Ibu Mami ini jauh dari posisi kami yang berada di Darmaga, ya Cimahpar adalah daerah dimana Ibu Mami tinggal. Ceritaku diawali dengan kebodohan yang selalu terjadi saat turun lapang. Ya, Nyasar.

Kami dapat kabar kalu ke Cimahpar dari Darmaga itu naik Trans pakuan turun di warung jambu, lalu lanjut angkot 05. Setelah kami naik Trans Pakuan dan turun di warung jambu, kami nungguin tuh kehadiran angkot 05 ............... "kok lama ya?" .................. ternyata setalah tanya-tanya orang ANGKOT 05 TIDAK LEWAT SITU eerrrrrr -___- dan harus naik angkot 08 terus nanti suruh saja abang angkotnya turunin di tempat angkot 05 lewat, itu kata seorang ibu berbaju merah yang sedang berdiri di Alfamart. Alhasil kita ikuti saran ibu-ibu tadi, lalu sampailah kita di Alfamart Cimahpar sesuai petunjuk dari Ibu Mami si pemilik UKM ini dan jalan kaki sekitar 400m dari sana, rumah di pinggir jalan dengan bangunan tua.

Sesampainya di rumah Ibu Mami, aku terkejut karena rumahnya benar-benar tua, susah ngungkapinnya TUA BANGET mungkin kalau ditaksir bangunan ini dibangun sekitar tahun 1920-an. Pengen aku foto, tapi engga enak aja sama yang punya rumah. -__- tadinya mau aku pamerin ke temanku Nadia Azka  pasti akan menginsipirasi dirinya. hahaha terus masuklah kita ke ruang tamunya, makin tercekam suasana di rumah tua, oh iya rumahnya kaya jenis rumah tua di film-film horor Indonesia.

Setelah masuk ke rumahnya, dimulai deh obrolan basa-basi hingga obrolan asik yang akan menuju ke seluruh pertanyaan dari bundelan kuesioner yang kami bawa. Selesai wawancara, hujan turun deras, wahai pembaca setia blog-ku *wakakak

Si ibu mami ini sepertinya kasihan kalau membiarkan kami harus pulang ditengah hujan deras dengan petir yang luar biasa membahana nyaring bunyinya nan tajam kilatnya. Akhirnya, beliau memberikan kami suguhan hasil produk olahan UKM nya, yaitu Manisan dan Asinan.

Manisan Asli Ibu Mami
Sambil menikmati suguhan yang menyegarkan ini, usut punya usut kenapa harga manisan ini lebih mahal dari yang dipasaran, karena semua bahan yang digunakan benar-benar alami, dan khusus yang pepaya harus langsung dipetik dari pohonnya, kalau tidak, rasanya tidak bisa seenak ini. Gulanya, gula pasir asli dan pewarnanya, asli pewarna makanan. Memang sih, terasa sekali aku juga mersakan keenakan makan semua manisan ini, dan ditenggorokkan tidak menyengat manisnya seperti manisan lain yang biasa dijual di terminal misalkan. Oh iya, ibu mami ini juga hilang kalau usahanya ini pemasarannya cuma dari mulut ke mulut, dan biasanya beliau juga menerima pesanan dari hotel-hotel, karena memang mereka mau dapat makanan yang berkualitas seperti ini. 

Wah, tiba-tiba otak bisnis saya muncul. Jika diberi kemsan yang menarik, bisa nih disupply ke toko-toko besar seperti Tot*l atau All Fr*sh. Tapi, otak bisnis ku pun belum begitu kreatif, sehingga hanya tahu tujuan dengan belum tahu harus bagaimana mencapai tujuan itu. hahaha

Setelah hujan cukup reda dan obrolan dengan ibu mami semakin bingung mau ngobrolin apa lagi, maka kami memutuskan untuk kembali pulang. Tapi sebelumnya kami mencari masjid dulu, untuk sholat Ashar, karena waktu itu sudah pukul 5 sore tapi kami belum beribadah. 

Pulang nih ceritanya ke Darmaga, naik 05 lagi kan. Sampailah di depan Istana Bogor. Harusnya setelah turun di Istana Bogor kami melanjutkan naik angkot 03 menuju laladon, eh namun demikian. Kok penuh semua yah angkot 03 nya. Akhirnya tetap menunggu, tapi lama-lama kendaraan makin berkurang, malah kosong melompong. Melihat ke sisi depan pintu Istana Bogor, kok banyak Polisi. Terus banyak lampu sirine yang banyak banget dari dalam Istana, "Ih.. ada apaan nih? wah Presiden kali ya? Buset ajudannya banyak banget. Mobilnya mewah-mewah ih, Enak yah Presiden. Tidak pernah mengalami kemacetan" itulah kiranya yang saya gumamkan sepanjang saya melihat mobil-mobil itu bergerak meninggalkan Istana Bogor. 

Susilo Bambang Yudhoyono- Presiden RI

Istana Bogor
Kemarin, saya benar-benar merasakan jadi warga Bogor. Mulai dari makan makanan ringan Khas Bogor hingga melihat iring-iringan Presiden langsung dari depan Istana Bogor. Alhamdulillah aku bisa tinggal di Kota Bogor walau hanya bebrapa tahun saja, setidaknya aku punya cerita ke anakku suatu saat nanti setelah aku punya anak pastinya. ^^

0 komentar:

Posting Komentar